BAHAYA SUNTIK SILIKON BAGI TUBUH *)
Dr. Das Salirawati, M.Si **)
A. PENDAHULUAN
Semua wanita ingin cantik, siapa yang menyangkal. Hal ini karena wanita diidentikkan dengan keindahan, sehingga hampir sebagian besar iklan mengekspose habis-habisan keindahan tubuh dan kecantikan wanita, meski produk tersebut tidak ada kaitannya dengan wanita. Hal ini berakibat banyak wanita yang menginginkan kecantikan yang lebih dari yang telah diberikan Tuhan padanya. Wanita yang gemuk ingin kurus, karena kecantikan diidentikan dengan langsing dan sexy. Wanita yang hitam ingin putih, karena kemulusan dipandang lebih mempesona dibanding kulit hitam yang sebenarnya memberikan kesan eksotis (sexy dan menarik). Wanita yang berhidung pesek ingin dimancungkan, karena dianggap lebih menarik. Wanita yang wajahnya bulat/kotak diubah menjadi tirus agar dapat menarik lawan jenisnya. Wanita yang berpayudara kecil ingin disulap menjadi besar, padat, dan montok, karena dianggap bentuk yang demikian lebih menjanjikan menarik bagi lawan jenis.
Salah satu usaha yang dilakukan wanita untuk mempercantik diri adalah dengan adanya trend saat ini, yaitu suntik silikon. Dengan suntik silikon banyak wanita menaruh harapan besar dapat mengubah bagian tubuh yang diinginkan dengan cara cepat tetapi hasilnya luar biasa. Namun di balik itu banyak cerita tentang kegagalan mereka yang melakukan suntik silikon, bahkan berakhir pada kematian yang mengenaskan. Kita semua pasti tidak berharap mendapatkan musi-bah demikian. Oleh karena itu mencegah lebih baik sebelum terlambat, karena terlambat berarti kehancuran diri kita. Nah … untuk mengetahui lebih jauh tentang bahaya silikon bagi kesehatan kita, mari kita sharing bersama. Tentunya sharingini tidak bermaksud menakut-nakuti, tetapi lebih pada mempersiapkan mental untuk mewaspadai jika kita tetap mau mengambil keputusan melakukan suntik silikon.
|
B. SUNTIK SILIKON TIDAK MELALUI BEDAH PLASTIK
Suntik silikon bukanlah dilakukan melalui bedah plastik, karena suntik silikon amat jarang dilakukan oleh dokter ahli, sedangkan bedah plastik sudah pasti dilakukan dokter spesialis dengan mempertimbangkan kondisi medis. Namun demikian bukan berarti bedah plastik tidak memiliki efek samping dan resiko bagi pelakunya. Demikian pula suntik silikon, meski dilakukan dengan cara yang benar, efek samping tetap diterima oleh pelakunya, kecuali dilakukan oleh ahli dengan jenis silikon mahal yang hanya dapat dijangkau oleh kaum berduit.
Oleh karena bedah plastik dilakukan oleh dokter ahli, maka efek samping dan resiko yang terjadi akan tetap menjadi tanggung jawab dokter tersebut. Berbeda dengan suntik silikon yang pada umumnya hanya dilakukan oleh salon-salon kecantikan yang tidak memiliki keahlian legal (dalam bentuk ijasah misalnya) untuk melakukan penyuntikan. Dia akan lari dari tanggung jawab, seperti pepatah “isi di luar tanggung jawab kami”.
Pada operasi plastik, ada dua efek samping bagi pelakunya. Pertama, efek samping secara fisik, seperti (a) rasa sakit meski ada obat penghilang rasa sakit, seperti pusing, nyeri pada bekas luka sayatan, dan mual, (b) adanya bekas jahitan yang mengganggu penampilan, (c) gangguan organ dalam, meski dalam kurun waktu tertentu pasca operasi mengonsumsi obat penghilang nyeri/pencegah alergi dan infeksi, namun obat tadi dapat menimbulkan resiko gangguan organ dalam, seperti ginjal dan hati.
Terlebih bagi yang melakukan sedot lemak (liposuction) dapat mengalami gagal jantung akibat terlalu banyak lemak, cairan, dan darah yang disedot, sehingga tubuh menjadi shockdan berakibat gangguan jantung. Mengapa hal ini terjadi? Karena pada sedot lemak 1/3 bahan yang keluar dari tubuh ketika operasi adalah berupa darah. Sedot lemak juga menimbulkan selulit yang justru mengganggu pe-nampilan, terjadi jika lemak yang disedot melebihi yang ditentukan. Menurut Asosi-asi Dokter Bedah Plastik (American society of Plastic Surgeons) di Amerika Serikat, yaitu tidak boleh lebih dari 6 pon tiap kali sedot (1 pon »450 gram).
Efek samping kedua, yaitu efek secara psikologis, seperti (a) turunnya keperca-yaan diri dan trauma psikologis, karena perubahan fisik yang draktis membuat orang-orang di sekitarnya memandang aneh dan seperti tidak mengenali kita seperti sebelumnya, (b) depresi pasca operasi, karena menjadi dikucilkan dalam pergaulan, (c) efek adiktif bagi pelakunya, yaitu ketagihan untuk melakukan terus menerus, dan biasanya ini dapat berhenti ketika dia mengalami kegagalan operasi.
Bedah plastik yang terbaik saat ini dilakukan di Korea, karena operasi plastik dilakukan dengan cara menyisipkan implan baru yang berupa tulang imitasi yang dikembangkan dari tulang rawan pasien itu sendiri. Bahkan untuk memperbaiki bentuk wajah mereka hanya melakukan melalui “teknik ukir”, yaitu muka diukir sedemikian rupa hingga menjadi seperti yang diharapkan pasien. Demikian juga jika bentuk hidung besar dan lebar, maka dapat diperbaiki melalui “teknik ukir”ini. Bagi hidung yang bengkok, maka diperbaiki dengan cara mengabrasi/mengikis tulang hidung. Namun demikian, para dokter spesialis bedah plastik di Korea, tidak pernah melakukan perubahan bagian tubuh secara ekstrim (lebayistilah sekarang). Oleh karena itu hasilnya terlihat natural (alami), maka efek psikologispun dapat diatasi.
Nah bagaimana dengan suntik silikon? Untuk membahas hal ini kita disku-sikan dulu jenis-jenis bahan silikon.
C. MACAM-MACAM JENIS BAHAN SILIKON
Silikon merupakan unsur yang tidak terdapat dalam keadaan bebas di alam, melainkan berbentuk senyawa silikat (SiO2) yang dikenal sebagai pasir atau kuarsa, atau tanah liat (Al2Si2O7.7H2O), dan juga terdapat dalam asbes dan mika. Silikat merupakan bahan dasar pembuatan semen Portland yang dapat larut dalam air, sehingga sering disebut kaca air (Hadyana Pudjaatmaka, 2002: 780).
Untuk mendapatkan silikon dalam keadaan murni yang berupa padatan tidak mudah, karena harus melalui tahap panjang dan membutuhkan biaya tidak sedikit. Adapun tahapnya, (1) mula-mula silikat direduksi dengan karbon dalam tanur listrik, (2) Silikon yang dihasilkan dari proses ini belum murni, sehingga perlu pemurnian dengan menambahkan gas klorin, (3) Gas yang berupa silika tetraklorida (SiCl4) direduksi dengan gas hidrogen pada suhu tinggi, sehingga menghasilkan silikon padat yang benar-benar murni. Proses tersebut dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut (Das Salirawati, 2007: 128) :
(1) SiO2 (s) + 2 C (s) àSi (S) + 2 CO (g)
(2) Si (s) + 2 Cl2àSiCl4 (g)
(3) SiCl4 (g) + 2 H2 (g) à Si (s) + 4 HCl (g)
Nah berdasarkan penjelasan tersebut, kita menyadari mengapa ada beberapa kasus dimana seseorang melakukan suntik silikon, gagal, dan kemudian harus menanggung akibatnya, bahkan sampai pada ajalnya. Hal tersebut karena silikon yang digunakan bukan silikon padat yang mahal yang biasanya digunakan oleh para wanita berduit, seperti konon kabarnya dilakukan oleh Malinda Dee. Meskipun pada kabar selanjutnya ia mengalami peradangan, dan itu memberikan petunjuk bagi kita bahwa ternyata ia tidak menggunakan silikon padat, melainkan suntikan silikon cair. Hal ini dikemukakan dokter Tompi, dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi RSCM Jakarta yang lebih dikenal sebagai penyanyi jazz (INILAH.com). Pendapat serupa dikemukakan dr. Aditya Wardhana, bahwa jika menggunakan silikon padat yang sudah terdaftar, sama sekali tidak ada dampak negatif bagi pemakainya.
Kasus mengerikan terjadi di Miami, Florida, dimana seorang waria akhirnya mendapati wajahnya berubah menjadi monster setelah menjalani suntik silikon yang dilakukan oleh pakar kecantikan gadungan. Waria tersebut bernama Rajee Narine-singh dan pakar kecantikan gadungannya bernama Oneal Ron Morris. Rajee menda-pati citra wajahnya yang sangat mengerikan, tumbuh benjolan lembek di bagian pipi kiri, bentuk dagunya menjadi asimetris, bagian atas bibir dan hidung pun bengkak. Belakangan, ia juga baru mengetahui bahwa cairan yang disuntikkan ke wajahnya berupa campuran semen dan adonan pembuat ban yang memang mengandung silikat (SiO2).
Jadi, sebenarnya silikon cair murni itu kenyataannya tidak ada, karena silikon murni selalu berbentuk padat, amorf (kristal yang tak beraturan), dan mirip intan. Dengan demikian jika kita mendengar ada seseorang yang melakukan suntik silikon, pasti bukan silikon murni. Silikon murni yang padat selalu ditanamkan ke dalam tubuh pasien bukan melalui suntik, tetapi melalui operasi bedah plastik.
Adapun jenis bahan silikon yang biasanya digunakan untuk mempercantik diri ada tiga, yaitu:
1. Silikon cair
Banyak digunakan di salon kecantikan untuk memperbesar payudara, dan mengubah bentuk wajah. Silikon cair adalah zat yang berbahaya jika dimasukkan ke dalam tubuh, karena ia sebenarnya bukan silikon murni melainkan sejenis pelumas atau minyak mesin. Dalam ilmu kimia disebut silikona, yaitu zat padat kuning yang diperoleh dengan mereaksikan kalsium silisida dan HCl pekat hingga dihasilkan polimer dengan rantai atom silikon diselang-seling oleh oksigen dan silikon juga mengikat radikal organik (atom yang ion-nya tak stabil, sehingga mudah bereaksi) (John, W., Hill, Doris, K., Kolb, 1995: 671).
Adanya radikal organik tersebut maka ia dapat dilarutkan hanya dalam pelarut organik pula, seperti pelumas atau minyak, tidak larut dalam air. Sifat larut dalam minyak inilah yang menyebabkan ketika disuntikkan ia mudah terlarut dan mengalir ke tempat lain yang tidak diinginkan, karena di dekat permukaan kulit kita banyak mengandung lemak (sejenis minyak).
Menurut dr. Aditya Wardhana, ahli bedah plastik, silikon cair yang belum terdaftar sangat berbahaya, karena dapat menimbulkan kanker kulit dan beragam penyakit kulit lainnya.
2. Silikon gel
Silikon ini merupakan campuran antara silikon padat dan cair, digunakan sebagai bahan pengisi implan payudara, dibungkus dengan lembar silikon (silicones sheet) berbentuk suatu kantung (silicones bag). Silikon gel sedikit lebih aman diban-ding silikon cair, karena seperti diketahui bentuk gel lebih sulit mengalir berpindah tempat dibandingkan cair. Namun demikian silikon ini juga tidak aman bagi kese-hatan pemakainya.
3. Silikon padat
Terdiri atas lembar silikon untuk pembungkus implan payudara, bentuk blok, atau bentuk implan jadi (buatan pabrik) untuk suatu kegunaan tertentu, misal protesis katup jantung, testis tiruan, implan hidung dan pipi. Silikon padat nyaris tidak ada efek samping, namun menurut dr. Aditya Wardhana meskipun tidak ada dampak negatif atau efek samping, penggunaan silikon padat harus diganti dalam kurun waktu 5 – 10 tahun, karena lilikon padat yang ditanam pada tubuh selama kurun itu dapat hilang larut dalam tubuh.
D. BAHAYA SUNTIK SILIKON
Banyak saudara kita kaum waria yang sebagian berprofesi penghibur yang telah menjadi korban bahaya suntik silikon, karena dilakaukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, bahkan oleh dirinya sendiri tanpa didasari keahlian pengenalan pembuluh darah yang harus dimasuki suntikan tersebut. Tak dapat dipungkiri, wanita atau waria (sama saja) pasti ingin tampil cantik dan menawan lawan jenis, tetapi kadang-kadang dalam perjalanan mempercantik diri kita tergiur oleh rayuan cantik cepat dan biaya murah. Sifat seperti itu wajar, siapapun menginginkan kecan-tikan, karena kita kaum wanita dan waria sama-sama ahaus pujian.
Nah … suntik silikon adalah iming-iming yang sering diprovokasikan di ka-langan kaum wanita dan waria, karena memang itulah sasaran empuk. Memang ada beberapa kasus terdapat waria yang sukses mempercantik diri dengan suntik silikon, seperti yang dilakukan Mince (25 tahun) yang telah disuntik silikon di bagian bokong sebanyak 6 kali dan payudara kanan kiri masing-masing 3 kali. Sampai saat ini dia tidak merasakan efek apapun dalam tubuhnya dan merasa suntik silikon telah berhasil menunjang pekerjaannya di dunia hiburan.
Siapapun dia, wanita atau waria, bahkan pria sekalipun dapat saja terhindar dari bahaya obat, suntik, atau apapun hal-hal buruk yang masuk ke dalam tubuh kita. Hal ini karena daya tahan tubuh manusia berbeda-beda, tetapi secara umum bahaya tersebut sewaktu-waktu dapat hadir manakala tubuh kita tidak mampu lagi menetralisirnya. Apa yang diberikan Tuhan dalam tubuh kita sangat luar biasa, ada antibodi, mekanisme detoksifikasi, autoregulasi, namun semua itu memiliki keterba-tasan kerja. Sama halnya ketika kita makan, ada batas tertentu dimana perut tidak mampu lagi menampung makanan masuk dalam tubuh, meski masih ingin makan.
Oleh karena itu tidak ada salahnya kita mewaspadai apa saja aabahaya suntik silikon bagi kesehatan, agar kalaupun kita tetap akan melakukan sudah berpikir kemungkinan terburuk yang harus dihadapi. Adapun bahaya suntik silikon secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sekali dimasukkan tubuh, silikon cair tidak dapat dikeluarkan secara sempurna
Silikon cair (atau kadang para pelakunya menyebutnya sebagai “kolagen”, padahal beda) bukanlah bahan yang digunakan untuk implan. Silikon cair ini sebenarnya adalah bahan industri. Berbeda dengan silikon medis yang berbentuk padat dibuat secara khusus, dan bisa diambil kembali bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Silikon cair ini sangat sulit untuk diambil kembali bila terjadi reaksi peradangan ataupun reaksi penolakan tubuh.
2. Silikon cair dapat memicu reaksi penolakan tubuh
Tubuh mempunyai daya tahan menolak setiap benda asing yang masuk ke dalamnya. Berbeda dengan silikon medis yang dirancang secara khusus sehingga tidak menimbulkan reaksi penolakan. Silikon cair yang pada dasarnya dibuat untuk keperluan industri akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. Reaksi tubuh terhadap adanya benda asing ini diwujudkan dengan adanya peradangan (M Anief, 1991: 21). Tak heran kita banyak melihat korban suntik silikon akhirnya kulitnya menjadi bengkak dan kemerahan. Pada beberapa kasus yang parah, peradangan ini dapat berkembang menjadi shock psikis dan berujung pada kematian.
3. Silikon cair tidak punya kemampuan untuk mempertahankan bentuknya
Tahukah kita sifat benda cair? Ya, benda cair akan menyesuaikan bentuknya sesuai dengan wadahnya. Demikian pula dengan silikon cair, akan mengisi tempat dimana dia disuntikkan, namun silikon ini tidak akan berada di bagian yang disuntikkan selamanya. Hal ini karena pengaruh gravitasi dan gerakan tubuh, silikon akan ikut bergerak. Oleh karena itu kita sering mendapati para korban suntik silikon ini bukannya menjadi cantik malah menjadi kendur dan aneh, terjadi tonjolan-tonjolan di tempat yang tidak diinginkan, seperti hidung bengkak membesar, dagu yang turun, dan bibir yang membesar.
4. Risiko infeksi dan penularan penyakit
Setiap prosedur medis invasif (atau sering disebut operasi), harus dilakukan dalam ruangan steril dengan alat-alat yang sudah disterilkan pula. Tentu saja hal ini tidak akan ditemukan di tempat-tempat yang melayani penyuntikan silikon tersebut. Peralatan yang digunakan juga jauh di luar standar medis, bahkan tidak jarang peralatan tersebut digunakan berulangkali tanpa prosedur sterilisasi yang benar. Tentu saja hal ini akan sangat meningkatkan risiko infeksi dan penularan penyakit.
5. Kesalahan penyuntikan
Tentu saja para pelaku suntik silikon tidak pernah mengenyam pendidikan resmi di bidang medis dan tidak mengetahui anatomi tubuh manusia. Bukan tidak mungkin suntikan silikon ini dapat “salah suntik” dan masuk ke dalam pembuluh vena ataupun arteri. Terlebih jika yang disuntik adalah payudara, di mana biasanya suntikan pada daerah ini dilakukan cukup dalam (sumber: http://medicalera.com/ info_answer.php?thread=10997).
Sudah banyak korban berjatuhan akibat suntik silikon yang tidak hieginis dan tidak di bawah kontrol seorang ahli medis. Waria Angga di Duren Sawit adalah korban yang terakhir diberitakan meninggal akibat pembuluh darahnya pecah dan badannya membiru. Hal ini mungkin menjadi renungan kita semua, terutama kaum wanita dan waria.
E. APA KOLAGEN ITU?
Banyak diantara kita menyamakan silikon dengan kolagen, padahal sesung-guhnya merupakan dua zat yang sangat berbeda. Kolagen merupakan protein jaring-an tubuh atau skleroprotein serat, yaitu protein yang paling melimpah dalam hewan tingkat tinggi, tidak larut dalam air, tahan terhadap pemecahan enzim. Jika dipanaskan dalam air didih/asam encer/alkali encer akan berubah menjadi gelatin yang lebih mudah larut dalam air dan mudah dipecah enzim. Terdapat dalam hewan mamalia ± 30% dr protein total. Kolagen mengandung hidroksi prolin, hidroksi lisin.
Berdasarkan hal itu kita paham bahawa kolagen bukanlah cairan yang disuntikkan sama seperti silikon, karena kolagen lebih cocok untuk jaringan kulit, bukan pada jaringan lemak. Sedangkan seperti kita ketahui, payudara adalah jaringan lemak, sehingga tidak sesuai jika dimasuki kolagen.
Selain itu, pada payudara kita (wanita, waria, pria) terdapat banyak pembuluh darah besar atau vena, sehingga zat yang disuntikkan dapat langsung menerobos pembuluh darah dan menyumbatnya. Hal inilah yang menyebabkan tak seorang dokterpun mau menyuntikkan kolagen ke dalam payudara, karena nyawa taruhan-nya. Cara yang paling aman adalah melalui operasi dengan memasukkan kantong silikon gel, sehingga jika ada masalah peradangan atau alergi sebagai reaksi tubuh menolak keberadaannya, akan lebih mudah dikeluarkan kembali.
Kolagen harganya relatif mahal, untuk 1 cc harganya dapat mencapai 80 – 100 dollar AS. Padahal untuk memperbesar payudara diperlukan cairan kolagen seba-nyak 200 cc, yang artinya kita perlu dana sekitar 40 ribu dollar atau sekitar Rp. 360 juta. Dengan demikian untuk pemakaian yang lebih banyak, tentu uang yang harus dikeluarkan jauh lebih banyak lagi. Oleh karena itu di dunia medis biasanya kolagen hanya digunakan untuk mengatasi kerutan kulit, bukan untuk memperbesar payuda-ra, dengan pertimbangan kesehatan dan harganya yang sangat mahal.
Selain mahal, kolagen memerlukan tempat penyimpanan khusus, yaitu pada suhu rendah dan konstan. Hal ini membuat rumah sakit tidak sanggup menyediakan stok kolagen cair bagi pasien, sehingga untuk memberikan pelayanan suntikan kolagen tidak mudah dan murah.
Kolagen memang alami, karena diambil dari tulang hewan (sapi) yang dipro-ses menjadi berbentuk cair dan digunakan menjadi pengisi atau penambah volume bagian tubuh yang kurang. Namun dokter biasanya hanya menggunakan untuk mengatasi kerutan di kulit wajah dengan jalan disuntik agar lebih rata. Bahan dasar kolagen mirip dengan jaringan tubuh manusia, sehingga bila disuntikkan ke dalam tubuh, sebagian akan diserap oleh tubuh dan tidak dianggap zat asing, tidak seperti silikon. Namun demikian, sebulan setelah disuntik perlu dicek ulang, sehingga kese-hatan kita benar benar di bawah pengawasan dokter (htpp//www.lokasifitness.com)
F. KESIMPULAN
Secara normal manusia ingin terlihat sempurna di mata manusia yang lain dan itu wajar-wajar saja. Namun, sesungguhnya apa yang telah diberikan Tuhan adalah sebaik-baik yang kadang kita ingkari. Masih banyak yang dapat kita gali selain kecantikan fisik, sebab kecantikan fisik dapat pudar seiring waktu. Kecantikan dari dalam hati (inner beauty) adalah yang terpenting dan abadi, karena hal itu akan memberikan pancaran yang luar biasa yang hanya dapat ditangkap orang di sekitar kita. Hati yang baik dan senyum yang tulus yang selalu kita berikan pada orang lain adalah bagian dari inner beauty yang dapat kita lakukan dengan mudah dan tak ada resiko apapun. Banyak tersenyum memancarkan bahwa kita insan yang bersahabat, ramah, supel, dan sifat-sifat baik lainnya yang dapat ditangkap oleh orang lain.
Masih banyak yang dapat kita syukuri nikmat Tuhan daripada kita mengeluh atas kekurangan yang terdapat pada fisik kita. Selalulah melihat ke bawah, banyak orang yang kurang dari kita, banyak kelebihan yang kita miliki, tetapi terkadang kita tidak menyadarinya. Jadilah dirimu sendiri, dan orang yang bijak adalah mereka yang mau mendengarkan himbauan orang lain, meresapi dalam hati, merenungkan, dan kemudian mengambil sikap. Semoga sharing pada kesempatan ini bermanfaat dan selamat bertemu kembali di kegiatan yang lebih menarik dari hari ini.
DAFTAR PUSTAKA
Das. Salirawati, dkk. (2007). Belajar kimia secara menarik. Jakarta: Grasindo
Hadyana Pudjaatmaka & Meity taqdir Qodratillah. (2002). Kamus Kimia. Jakarta: Balai pustaka.
http://operasi%20plastik%20vs%20suntik%20silicon/1483160.htm (diakses hari Se-nin, tanggal 27 Februaari 2012 jam 15.00 WIB)
http://medicalera.com/ info_answer.php?thread=10997 (diakses hari Minggu, tang-gal 26 Februaari 2012 jam 17.00 WIB)
John, W., Hill, Doris, K., Kolb. (1995). Chemistry for Changing Times. Seventh Edition. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Mohammad Anief. (1991). Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat. Cetakan kedua. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar